Selasa, 26 Juni 2012

Askep Efusi pleura


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN EFUSI PLEURA

A.    Definisi
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleura, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)

B.     Etiologi
  1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
  2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
*        Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
*        Penurunan tekanan osmotic koloid darah
*        Peningkatan tekanan negative intrapleural
*        Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
C.    Tanda dan Gejala
*        Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
*        Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
*        Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
*        Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
*        Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
*        Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

D.    Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.

E.     Pemeriksaan Diagnostik
*        Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
*        Ultrasonografi
*        Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
*        Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.
*        Biopsi pleura mungkin juga dilakukan

F.      Penatalaksanaan medis
q  Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).
q   Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
q  Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.
q  Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
q  Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.

G.    Water Seal Drainase (WSD)
1.      Pengertian
WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara dan cairan melalui selang dada.

2.      Indikasi
a.       Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus
b.      Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan, pasca bedah toraks
c.       Torakotomi
d.      Efusi pleura
e.       Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi inflamasi

3.      Tujuan Pemasangan
*        Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura
*        Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
*        Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap sebagian
*        Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada.

4.      Tempat pemasangan
a.       Apikal
ü                       Letak selang pada interkosta III mid klavikula
ü                       Dimasukkan secara antero lateral
ü                       Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
b.      Basal
ü                       Letak selang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX mid aksiller
ü                       Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura

5.      Jenis WSD
·         Sistem satu botol
Sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan pada pasien dengan simple pneumotoraks
·         Sistem dua botol
Pada system ini, botol pertama mengumpulkan cairan/drainase dan botol kedua adalah botol water seal.
·         System tiga botol
Sistem tiga botol, botol penghisap control ditambahkan ke system dua botol. System tiga botol ini paling aman untuk mengatur jumlah penghisapan.

H.    Pengkajian
1.                                                            Aktifitas/istirahat
Gejala : dispneu dengan aktifitas ataupun istirahat
2.                                                            Sirkulasi
Tanda : Takikardi, disritmia, irama jantung gallop, hipertensi/hipotensi, DVJ
3.                                                            Integritas ego
Tanda : ketakutan, gelisah
4.                                                            Makanan / cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral/ infus
5.                                                            nyeri/kenyamanan
Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi
6.                                                            Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma,
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, retraksi interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi terlibat), Perkusi dada : hiperresonan diarea terisi udara dan bunyi pekak diarea terisi cairan
Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kemps, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit : pucat, sianosis,berkeringat, krepitasi subkutan

I.       Diagnosa Keperawatan
1.      Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan), gangguan musculoskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis, GDA taknormal.
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
-          Menunjukkan pola napas normal/efektif dng GDA normal
-          Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
Intervensi :
*        Identifikasi etiologi atau factor pencetus
*        Evaluasi fungsi pernapasan (napas cepat, sianosis, perubahan tanda vital)
*        Auskultasi bunyi napas
*        Catat pengembangan dada dan posisi trakea, kaji fremitus.
*        Pertahankan posisi nyaman biasanya peninggian kepala tempat tidur
*        Bila selang dada dipasang :
a.       periksa pengontrol penghisap, batas cairan
b.      Observasi gelembung udara botol penampung
c.       Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran
d.      Awasi pasang surutnya air penampung
e.       Catat karakter/jumlah drainase selang dada.
*        Berikan oksigen melalui kanul/masker

2.      Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
-          Pasien mengatakan nyeri berkurang  atau dapat dikontrol
-          Pasien tampak tenang
Intervensi :
*        Kaji terhadap adanya nyeri, skala dan intensitas nyeri
*        Ajarkan pada klien tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi
*        Amankan selang dada untuk membatasi gerakan dan menghindari iritasi
*        Kaji keefektifan tindakan penurunan rasa nyeri
*        Berikan analgetik sesuai indikasi
3.      Resiko tinggi trauma/henti napas b.d proses cidera, system drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan
Tujuan : tidak terjadi trauma atau henti napas
Kriteria hasil :
-          Mengenal kebutuhan/mencari bantuan untuk mencegah komplikasi
-          Memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik
Intervensi :
*        Kaji dengan pasien tujuan/fungsi unit drainase, catat gambaran keamanan
*        Amankan unit drainase pada tempat tidur dengan area lalu lintas rendah
*        Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, ganti ulang kasa penutup steril sesuai kebutuhan
*        Anjurkan pasien menghindari berbaring/menarik selang
*        Observasi tanda distress pernapasan bila kateter torak lepas/tercabut.

4.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
Tujuan : Mengetahui tentang kondisinya dan aturan pengobatan
Kriteria hasil :
-          Menyatakan pemahaman tentang masalahnya
-          Mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup untuk mencegah terulangnya masalah
Intervensi :
*        Kaji pemahaman klien tentang masalahnya
*        Identifikasi  kemungkinan kambuh/komplikasi jangka panjang
*        Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, nutrisi, istirahat, latihan
*        Berikan informasi tentang apa yang ditanyakan klien
*        Berikan reinforcement atas usaha yang telah dilakukan klien .



DAFTAR PUSTAKA

  1. Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 2000.
  2. Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta, EGC. 1999
  3. Hudak,Carolyn M. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta.EGC. 1997
  4. Purnawan J. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Media Aesculapius. FKUI.1982.
  5. Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta. EGC. 1995.
  6. Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.
  7. Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC, 1997.
  8. Susan Martin Tucker, Standar perawatan Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Ed5. Jakarta EGC. 1998.









askep dhf


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DHF

A.    Pengertian

DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AEDES ( AEDES ALBOPICTUS dan AEDES AEGEPTY )

B.     Penyebab

Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dn Aedes Aegepty )

C.    Tanda dan gejala

Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :
-          Meningkatnya suhu tubuh
-          Nyeri pada otot seluruh tubuh
-          Suara serak
-          Batuk
-          Epistaksis
-          Disuria
-          Nafsu makan menurun
-          Muntah
-          Ptekie
-          Ekimosis
-          Perdarahan gusi
-          Muntah darah
-          Hematuria masih
-          Melena
D. Klasifikasi DHF menurut WHO
Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan ( uju tourniquet positif )
Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan  lemah, tekanan nadi menurun ( 20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi )
Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur

Pemeriksaan Diagnostik
-          Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm3 atau kurang )
-          Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )
-          Rontgen Thorac = Effusi Pleura



E.     Pathways

Virus Dengue


 

F.     Penatalaksanaan
§  Medik
A.    DHF tanpa Renjatan
-          Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
-          Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
-          Jika kejang maka dapat diberi luminal  ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.
-          Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

B.     DHF dengan Renjatan

-          Pasang infus RL
-          Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB )
-          Tranfusi jika Hb dan Ht turun
§  Keperawatan
  1. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
-          Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
-          Observasi intik output
-          Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3   jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
-          Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
-          Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
  1. Resiko Perdarahan
-          Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
-          Catat banyak, warna dari perdarahan
-          Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
  1. Peningkatan suhu tubuh
-          Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
-          Beri minum banyak
-          Berikan kompres
G. Pencegahan DHF
Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan cara:
-          Rumah selalu terang
-          Tidak menggantung pakaian
-          Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4 hari sekali
-          Kubur barang – barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat terkumpulnya air hujan
-          Tutup tempat penampungan air
Perencanaan pemulangan dan PEN KES
-          Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
-          Jelaskan terapi yang diberikan, dosis efek samping
-          Menjelaskan gejala – gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala
-          Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

Asuhan Keperawatan pada pasien DHF

Pengkajian
-          Kaji riwayat Keperawatan
-          Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda perdarahan , mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hai, nyeri otot dan tanda – tanda renjatan  ( denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran )

Diagnose Keperawatan
1.      Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler , perdarahan, muntah, dan demam
2.      Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan
4.      Hiertermi berhubungan dengan proses infeksivirus
5.      Perubahan proses proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak

Perencanaan
1.      Anak menunjukkan tanda – tanda terpenuhinya kebutuhan cairan
2.      Anak menunjukkan tanda – tanda perfusi jaringan perifer yang adekwat
3.      Anak menunjukkan tanda – tanda vital dalam batas normal
4.      Keluarga menunjukkan kekoping yang adaptif
Implementasi
1.      Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan
-          Mengobservasi tanda – tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
-          Monitor tanda – tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun – ubun cekung, produktie urin menurun
-          Mengobservasi dan mencatat intake dan output
-          Memberikan hidrasi yang adekwat sesuai dengan kebutuhan tubuh
-          Memonitor nilai laboratorium : elektrolit / darah BJ urin , serum tubuh
-          Mempertahankan intake dan output yang adekwat
-          Memonitor dan mencatat berat badan
-          Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
-          Mengurangi kehilangan cairan yang tidak telihat ( insesible water loss / IWL )

2.      Perfusi jaringan Adekwat
-          Mengkaji dan mencatat tanda – tanda Vital ( kualitas dan Frekwensi denyut nadi, tekanan darah , Cappilary Refill )
-          Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ektremitas ( suhu , kelembaban dan warna )
-          Menilai kemungkinan terjadinya kematian aringan pada ekstremitas seperti dingin , neri , pembengkakan kaki )

3.      Kebutuhan nutrisi adekwat
-          Ijinka anak memakan makanan yang dapa ditoleransi anak. Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
-          Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi 
-          Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
-          Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
-          Mempertahankan kebersihan mulut pasien
-          Menjelaskan pentingnya intake nutirisi yang adekwat untuk penyembuhan penyakit

4.      Mempertahankan suhu tubuh normal
-          Ukur tanda – tanda vital suhu tubuh
-          Ajarkan keluarga dala pengukuran suhu
-          Lakukan “ tepid sponge”  ( seka ) dengan air biasa
-          Tingkatkan intake cairan
-          Berikan terapi untuk menurunkan suhu
5.      Mensupport koping keluarga Adaptif
-          mengkaji perasaan dn persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress
-          Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar dan identifikasi faktor yang paling mencmaskan keluarga
-          Identifikasikan koping yang biasa digunakan dn seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan

DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002.
Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995
Prinsip – Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 – 267

Jumat, 12 Agustus 2011

Askep Diare

A. Pengertian
Buang air besar lebih dari 4x pada bayi/balita dan lebih dari 3x pada anak dengan konsistensi bentuk cair. Diare menyebabkan cairan tubuh terkuras melalui tinja. Terkadang tinja mengandung lender.

B.     B. Penyebab diare
1.       Faktor infeksi
Infeksi saluran pencernaan.
2.       Faktor Makanan
a.       basi
b.      Keracunan makanan atau minuman
3.       Faktor psikologis:
a.       rasa takut & cemas
b.      stres
C.      C. Tanda dan gejala pada diare
1.    BAB > 3x sehari, lembek, cair.
2.    Berlendir, terdapat darah atau tidak
3.    Kadang disertai muntah
4.    Anus lecet
5.    Kadang disertai komplikasi:
a.       Malnutrisi
b.      Kejang
D. Tanda dan gejala dehidrasi
1.       Mata cekung
2.       Bibir kering
3.       Perasaan haus
4.       Turgor kulit
5.       Berat badan berkurang
6.       Keadaan lemah dan lesu

E. Derajat keparahan diare

Gejala dan tanda
Dehidrasi ringan
Dehidrasi sedang
Dehidrasi berat
Keadaan umum
baik
Rewel, gelisah, lemah
Apatis, tidak sadar
mata
Tidak cekung
Cekung dan kering
Sangat cekung
Air mata
Jika menangis masih ada
Jika menangis tidak ada
Jika menangis tidak ada
bibir
Tidak kering
kering
Sangat kering
Rasa haus
Tidak merasa haus
Haus sekali
Tidak bisa minum
Turgor kulit
Jika dicubit cepat kembali
Jika dicubit kembali lambat
Jika dicubit kembali lambat sekali

D.      F. Pencegahan
1.       Pemberian ASI saja s/d 4-6 bulan.
2.       Memperbaiki cara penyiapan & penyimpanan makanan pendamping ASI.
3.       Menggunakan air bersih untuk minum.
4.       Mencuci tangan setelah buang air besar, sebelum & sesudah menyiap-kan makanan & minuman.
5.       Membuang tinja, termasuk tinja bayi secara benar (menggunakan jam-ban/WC).

E.                                                   Pembuatan oralit
                       bungkus oralit 200 ml dilarutkan dalam 1 gelas berisi air matang 200 ml, kemudian diaduk                        sampai merata. Atau pembuatan Larutan gula garam yaitu:
·         Ambilah air teh (masak) 1 gelas (200 cc), masukkan 2 sendok teh peres, gula pasir dan seujung sendok teh garam dapur kemudian diaduk rata dan berikan kepada penderita sebanyak munkin klien mau minum
·         Air matang sebanyak 5 gelas di campur dengan 8 sendok teh gula dan 1 sendok teh garam
F.       Cara memberikan oralit:
Berikan pada anak kurang dari 2 tahun dengan sendok setiap 1-2 menit, pada anak yang besar dapat dengan gelas.  Bila anak muntah, tunggu sebentar kemudian berikan lagi lambat-lambat. Bila diare terus berlangsung (tanpa dehidrasi) terus-kan dengan cairan rumah tangga di atas atau oralit lagi.
G.     Kapan anak harus dibawa ke rumah sakit/balai kesehatan
1.       Diare disertai Darah -----perlu pengobatan spesifik dengan antibiotika.
2.       Adanya tanda-tanda DEHIDRASI ( tidak ada air mata ketika menangis, kencing berkurang atau tidak ada kencing dalam 6-8 jam, mulut kering
3.       Adanya panas tinggi (.38.5C) yang tidak turun dalam 2 hari.
4.       Muntah terus menerus - tidak dapat masuk makanan / asi .
5.       Adanya sakit perut - kolik ----pada bayi akan menangis kuat dan biasanya menekuk kaki, keringatan dan gelisah.