1. Pengertian
Diabetes mellitus
merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus
adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
2. Anatomi
Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira – kira 15 cm,
lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata –
rata 60 – 90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang
lambung. Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam
tubuh. Bagian depan ( kepala ) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang
dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang
merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian
ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan
embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan
epitel yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
a.
Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
b.
Pulau Langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
a. Sel – sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 – 40 % ;
memproduksi glukagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon
yang mempunyai “ anti insulin like activity “.
b. Sel – sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 – 80 % ,
membuat insulin.
c. Sel – sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 – 15 %,
membuat somatostatin.
Insulin disintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam
butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin
dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar
glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat
cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun. Selain
kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon
gastrointestinal merangsang sekresi insulin
dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan
kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel – sel
otot, fibroblas dan sel lemak.
3. Etiologi
· Diabetes
tipe I:
a. Faktor
genetik
Penderita diabetes
tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi
atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik
ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor
imunologi
Adanya respons otoimun
yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor
lingkungan
Virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
· Diabetes
Tipe II
Mekanisme yang
menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe
II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia
(resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
Pada pasien obesitas,
terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor
insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
c. Riwayat
keluarga
4. Patofisiologi
Sebagian besar gambaran
patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat
kurangnya insulin berikut:
a. Berkurangnya
pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi
glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
b. Peningkatan
mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya
metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding
pembuluh darah.
c. Berkurangnya
protein dalam jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami
defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang
normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi
ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ),
akan timbul glukosuria
karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan
diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,
potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul
polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami
keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi
polipagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga
pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau
hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk
energi.
Hiperglikemia yang
lama akan menyebabkan arterosklerosis,
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan
terjadinya gangren.
5. Tanda
dan Gejala
Keluhan umum pasien DM
seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya
yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik
pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi
akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa
gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul
adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa
kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada
tungkai yang sukar sembuh.
Menurut Supartondo,
gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri
kulit
7. Infeksi jamur di
kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh
darah perifer
15. Penyakit jantung koroner
16. Penyakit pembuluh
darah otak
17. Hipertensi
6. Pemeriksaan
diagnostik
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kadar darah
sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Kadar darah sewaktu
|
Bukan DM
|
Belum pasti DM
|
DM
|
Plasma vena
|
< 100
|
100-200
|
>200
|
Darah kapiler
|
<80
|
80-200
|
>200
|
Kadar darah puasa
|
Bukan DM
|
Belum pasti DM
|
DM
|
Plasma vena
|
< 110
|
110-120
|
>126
|
Darah kapiler
|
<90
|
90-110
|
>110
|
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada
sedikitnya ada 2 kali pemeriksaan :
a.
Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b.
Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c.
Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi
75gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
7. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi
diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Pendidikan
kesehatan
Pilar ke-1, Aktif
mencari tahu tentang diabetes dan pengendaliannya. Karena banyak pengalaman
menunjukkan ketidaktahuan atau sikap meremehkan terhadap hal-hal yang
berhubungan dengan diabetes yang seringkali sudah berujung pada komplikasi.
Semakin dini mengetahui cara mengendalikan diabetes, akan semakin baik
manfaatnya bagi penderita.
b. Diet
rendah gula (glukosa)
Atur pola makan dengan
baik dan seimbang. Sebenarnya diabetisi (penyandang diabetes) tidak perlu takut
bila ingin makan enak, asalkan dipilih jenis makanan dengan indeks glikemik
rendah agar gula dan lemak tidak menumpuk berlebihan di dalam darah. Utamakan
makanan berserat tinggi. Atur asupan makanan agar tidak melebihi batas maksimal
asupan kalori perhari. Jam makan juga perlu diatur tepat pada waktunya, agar
ritme kadar gula dalam darah senantiasa berimbang.
c. Latihan
(aktivitas/olahraga teratur)
Olahraga yang teratur
membuat tubuh sehat, melancarkan peredaran darah, membakar kelebihan lemak dan
mengendalikan kadar gula darah. Olahraga cukup dilakukan secara ringan
(misalnya jalan kaki 30 menit perhari) agar fungsi insulin, sebagai hormon
pengatur kadar gula dalam darah, menjadi optimal dan efektif.
d. Pemantauan
kadar gula darah
Yang terpenting adalah
selalu memonitor kadar gula darah. Bagi diabetisi, kadar gula darah tidak boleh
terlalu tinggi, atau terlalu rendah. Keduanya berdampak negatif. Gula darah
yang senantiasa tinggi dalam jangka panjang bisa mengakibatkan komplikasi
kronis, antara lain penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, gangguan
fungsi ginjal, kebutaan, impotensi pada pria dan gangren pada kaki akibat luka
sulit sembuh yang bisa berakibat amputasi. Sedangkan gula darah yang terlalu
rendah (hipoglikemia) lebih berbahaya lagi, karena bisa menyebabkan hilangnya
kesadaran secara mendadak bahkan kematian. Jadi hal terpenting bagi seorang
diabetisi dalam mengendalikan penyakitnya adalah monitoring kadar gula darah.
Semakin ia mengetahui kapan dan mengapa kadar gula darahnya tinggi, akan
semakin baik.
e. Terapi
insulin
Patuhi petunjuk
mengkonsumsi obat yang diberikan dokter. Baik itu obat tablet maupun suntik
insulin. Namun jangan khawatir hal ini mungkin tidak berlangsung selamanya,
karena biasanya jika kadar gula darah mulai terkendali, dokter akan
menganjurkan pasien hanya mengatur makan dan olahraga saja. Tidak perlu obat.
8. Komplikasi
Beberapa komplikasi
dari Diabetes Mellitus adalah:
a.
Akut
Hipoglikemia
dan hiperglikemia
b.
Komplikasi menahun
Diabetes Mellitus
·
Makrovaskuler
ü Stroke
ü Penyakit
jantung koroner
ü PAD
(Perifer Arterial Desiase/resiko gangren)
ü Neuropati
ü Hipoksia
pada kaki
·
Mikrovaskuler
ü Gagal
ginjal (nepropati)
ü Retinopati
ü Impotensi
1. Pengkajian
·
Pengumpulan data
Pengumpulan data yang
akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola
pertahanan penderita , mengidentifikasikan,
kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta
pemeriksaan penunjang lainnya.
ü Anamnese
a. Identitas
penderita
Meliputi nama, umur,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku
bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan
Utama
Adanya rasa kesemutan
pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak
sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat
kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan
terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh
penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat
kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit
DM atau penyakit – penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan
yang biasa digunakan oleh penderita.
e. Riwayat
kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga
biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau
penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal
hipertensi, jantung.
f. Riwayat
psikososial
Meliputi informasi
mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan
penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita
ü Pemeriksaan
fisik
a. Status
kesehatan umum
Meliputi keadaan
penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda
vital.
b. Kepala
dan leher
Kaji bentuk kepala,
keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging,
adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan
kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem
integumen
Turgor kulit menurun,
adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di
daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem
pernafasan
Adakah sesak nafas,
batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
e. Sistem
kardiovaskuler
Perfusi jaringan
menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
f. Sistem
gastrointestinal
Terdapat polifagi,
polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem
urinary
Poliuri, retensio
urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h. Sistem
muskuloskeletal
Penyebaran lemak,
penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri,
adanya gangren di ekstrimitas.
i.
Sistem neurologis
Terjadi penurunan
sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi.
ü Pemeriksaan
laboratorium
a. Pemeriksaan
darah
Pemeriksaan darah
meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post
prandial > 200 mg/dl.
b. Pemeriksaan
Urine
Pemeriksaan didapatkan
adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict (
reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( +
), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata
( ++++ ).
c. Pemeriksaan
Kultur pus
Mengetahui jenis kuman
pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
2. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien dengan diabetes millitus adalah sebagai
berikut :
a. Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
b. Keterbatasan
mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
c. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
d. Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer).
e. Kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi.
3. Rencana
Keperawatan
a. Gangguan
pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Berat badan dan
tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi
dietnya.
3. Kadar gula darah
dalam batas normal.
4. Tidak ada
tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan :
1. Kaji
status nutrisi dan kebiasaan makan
Rasional : Untuk mengetahui
tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan
dan pengaturan diet yang adekuat.
2. Anjurkan
pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan
terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3. Timbang
berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui
perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan salah satu indikasi
untuk menentukan diet ).
4. Identifikasi
perubahan pola makan
Rasional : Mengetahui apakah
pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
5. Kerja
sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian
insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula
darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah
dan mencegah komplikasi.
b. Keterbatasan
mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Pasien dapat
mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil :
1. Pergerakan
paien bertambah luas
2. Pasien
dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (duduk, berdiri, berjalan
).
3. Rasa
nyeri berkurang.
4. Pasien
dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan.
Rencana tindakan :
1. Kaji
dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
Rasional : Untuk
mengetahui derajat kekuatan
otot-otot kaki pasien.
2. Beri
penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula
darah dalam keadaan normal.
Rasional : Pasien
mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan
keperawatan.
3. Anjurkan
pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui kemampuan.
Rasional : Untuk
melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.
4. Bantu
pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Agar
kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
5. Kerja
sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga
fisioterapi.
Rasional : Analgesik
dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien
melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.
c. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan
cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan
hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat
diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara
individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1. Pantau
tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
2. Pantau
pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
3. Kaji
frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
4. Kaji
nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
5. Pantau
masukan dan pengeluaran
6. Pertahankan
untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat
ditoleransi jantung
7. Catat
hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
8. Observasi
adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
9. Kolaborasi
: berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau
pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
d. Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer)
Tujuan : gangguan
integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil : Kondisi
luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
1. Kaji
luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi
ganti balut.
2. Kaji
tanda vital
3. Kaji
adanya nyeri (PQRST)
4. Lakukan
perawatan luka
5. Kolaborasi
pemberian insulin dan medikasi.
6. Kolaborasi
pemberian antibiotik sesuai indikasi.
e. Kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien
memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1. Pasien
mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat
menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien
dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
Rencana Tindakan :
1. Kaji
tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan gangren.
Rasional : Untuk
memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana
informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
2. Kaji
latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat
dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat
dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
3. Jelaskan
tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa
dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar
informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman.
4. Jelasakan
prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien
didalamnya.
Rasional : Dengan
penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan,
pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
5. Gunakan
gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada / memungkinkan).
Rasional :
gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.
4. Implementasi
Keperawatan
Pelaksanaan adalah
tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan
untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal,
intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan
psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi
intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.
5. Evaluasi
Keperawatan
Evaluasi merupakan
tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga
alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
a. Berhasil
: prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
b. Tercapai
sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan tujuan.
c. Belum
tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan
sesuai dengan pernyataan tujuan.
6. Prinsip
Dokumentasi Keperawatan
Prinsip-Prinsip
Dokumentasi Asuhan Keperawatan adalah sebagai berikut Carventio (1995: 10):
a.
Dokumentasi asuhan
keperawatan harus dilaksanakan segera setelah pengkajian pertama dilakukan,
demikian juga pada setiap langkah kegiatan perawatan.
b.
Data pasien harus
objektif dan bukan hasil penafsiran perawat, dalam hal ini perawat mencatat apa
yang dilihat dan respon pasien pada saat merawat pasien mulai dari pengkajian
sampai evaluasi.
c.
Tuliskan/dokumentasikan
hanya kegiatan keperawatan yang benar-benar dilakukan.
d.
Jika terdapat hal-hal
yang meragukan tuliskan bahwa hal tersebut perlu untuk dikonfirmasikan
e.
Penulisan istilah yang
tidak jelas/tidak baku dari setiap catatan yang dibuat harus dihindari, istilah
yang digunakan harus dapat disepakati atas kebijakan institusi setempat.
f.
Data harus ditulis
dengan jelas menggunakan tinta dan jangan menggunakan pensil agar tidak mudah
dihapus. Tidak dibenarkan untuk mengubah isi dokumen untuk menutupi kesalahan
g.
Apabila terjadi
kesalahan dalam penulisan dapat dicoret dan segera diganti dengan yang benar,
kemudian ditandatangani.
h.
Untuk setiap kegiatan
dokumentasi, cantumkan waktu , tanda tangan dan nama jelas yang melaksanakan
dokumentasi
i.
Dokumentasi harus
dibuat dengan jelas dan lengkap.
j.
Jangan meninggalkan
lembar kosong pada lembar pendokumentasian karena akan menimbulkan kesalahan
penafsiran pada perawat/tim kesehatan yang lain.
Daftar Pustaka
Doenges, Marilyn E. Alih bahasa I Made
Kariasa, Ni Made Sumarwati. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta : EGC.
1999.
Carpenito, Lynda Juall. Alih bahasa
YasminAsih. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6. Jakarta : EGC. 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. Alih
bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 . Jakarta :
EGC. 2002.
Secara keseluruhan, blog ini merupakan inisiatif yang baik untuk edukasi kesehatan, tetapi akan lebih bermanfaat jika kontennya diperbarui dan dilengkapi dengan informasi terbaru.
BalasHapus1. Apa tujuan penulis blog dalam menyampaikan isu ini?
BalasHapusTujuan penulis blog adalah untuk memberikan informasi dan pemahaman yang lebih baik tentang diabetes mellitus, termasuk pengertian, penyebab, gejala, diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasi yang mungkin timbul. Penulis ingin meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat serta tenaga kesehatan mengenai pentingnya penanganan diabetes.
2. Apa argumen utama yang disampaikan? Apakah didukung oleh bukti atau hanya opini pribadi?
Argumen utama yang disampaikan adalah bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit yang kompleks dan memerlukan penanganan yang komprehensif. Penulis mendukung argumennya dengan menjelaskan berbagai aspek medis, seperti etiologi, patofisiologi, serta pendekatan dalam penatalaksanaan. Informasi yang disajikan tampak berdasarkan referensi ilmiah dan bukti, bukan sekadar opini pribadi.
3. Bagaimana gaya bahasa yang digunakan? Apakah cocok untuk audiens yang dimaksud?
Gaya bahasa yang digunakan adalah formal dan informatif, dengan istilah medis yang sesuai. Penjelasan disusun secara sistematis, sehingga mudah diikuti oleh pembaca yang memiliki latar belakang kesehatan maupun masyarakat umum. Gaya ini cocok untuk audiens yang ingin memahami lebih dalam mengenai diabetes mellitus dan asuhan keperawatan terkait.
4. Apakah blog tersebut menyarankan solusi atau tindakan untuk menangani isu tersebut? Jelaskan.
Blog ini menyarankan berbagai tindakan untuk menangani diabetes mellitus, termasuk pendidikan kesehatan, diet rendah gula, olahraga teratur, pemantauan kadar gula darah, dan terapi insulin. Penulis menekankan pentingnya kolaborasi antara pasien dan tenaga kesehatan untuk mencapai pengendalian diabetes yang optimal.
3. Berikan pendapat Anda tentang validitas informasi yang disajikan dalam blog tersebut. Apakah Anda setuju dengan argumen yang disampaikan? Mengapa atau mengapa tidak?
Informasi yang disajikan dalam blog tampak valid dan berdasarkan sumber yang dapat dipercaya, seperti buku ajar dan penelitian sebelumnya. Saya setuju dengan argumen yang disampaikan, karena penekanan pada pendidikan, pengendalian diet, dan pemantauan kesehatan adalah langkah-langkah penting dalam manajemen diabetes. Selain itu, informasi ini relevan bagi pasien dan keluarga mereka dalam memahami dan mengelola kondisi ini dengan lebih baik.