Rabu, 04 Juli 2012

askep diabetes melitus


1.    Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
2.    Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira – kira 15 cm, lebar  5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa  dan beratnya rata – rata 60 – 90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung. Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh. Bagian depan ( kepala ) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan  embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
a.       Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
b.      Pulau Langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
a.      Sel – sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 – 40 % ; memproduksi glukagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin like activity “.
b.     Sel – sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 – 80 % , membuat insulin.
c.      Sel – sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 – 15 %, membuat somatostatin.
Insulin disintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun. Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestinal merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas dan sel lemak.
3.    Etiologi
·      Diabetes tipe I:
a.       Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b.      Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c.       Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
·      Diabetes Tipe II
Mekanisme yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :
a.    Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b.    Obesitas
Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
c.    Riwayat keluarga

4.    Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
a.       Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
b.      Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
c.       Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul glukosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat  menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polipagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama  akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
5.    Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif  kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan  karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit jantung koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi

6.    Pemeriksaan diagnostik
a.    Glukosa darah sewaktu
b.    Kadar glukosa darah puasa
c.    Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Kadar darah sewaktu
Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Plasma vena
< 100
100-200
>200
Darah kapiler
<80
80-200
>200

Kadar darah puasa
Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Plasma vena
< 110
110-120
>126
Darah kapiler
<90
90-110
>110



Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya ada 2 kali pemeriksaan :
a.    Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b.    Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c.    Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

7.    Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a.       Pendidikan kesehatan
Pilar ke-1, Aktif mencari tahu tentang diabetes dan pengendaliannya. Karena banyak pengalaman menunjukkan ketidaktahuan atau sikap meremehkan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan diabetes yang seringkali sudah berujung pada komplikasi. Semakin dini mengetahui cara mengendalikan diabetes, akan semakin baik manfaatnya bagi penderita.
b.      Diet rendah gula (glukosa)
Atur pola makan dengan baik dan seimbang. Sebenarnya diabetisi (penyandang diabetes) tidak perlu takut bila ingin makan enak, asalkan dipilih jenis makanan dengan indeks glikemik rendah agar gula dan lemak tidak menumpuk berlebihan di dalam darah. Utamakan makanan berserat tinggi. Atur asupan makanan agar tidak melebihi batas maksimal asupan kalori perhari. Jam makan juga perlu diatur tepat pada waktunya, agar ritme kadar gula dalam darah senantiasa berimbang.
c.       Latihan (aktivitas/olahraga teratur)
Olahraga yang teratur membuat tubuh sehat, melancarkan peredaran darah, membakar kelebihan lemak dan mengendalikan kadar gula darah. Olahraga cukup dilakukan secara ringan (misalnya jalan kaki 30 menit perhari) agar fungsi insulin, sebagai hormon pengatur kadar gula dalam darah, menjadi optimal dan efektif.
d.      Pemantauan kadar gula darah
Yang terpenting adalah selalu memonitor kadar gula darah. Bagi diabetisi, kadar gula darah tidak boleh terlalu tinggi, atau terlalu rendah. Keduanya berdampak negatif. Gula darah yang senantiasa tinggi dalam jangka panjang bisa mengakibatkan komplikasi kronis, antara lain penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, gangguan fungsi ginjal, kebutaan, impotensi pada pria dan gangren pada kaki akibat luka sulit sembuh yang bisa berakibat amputasi. Sedangkan gula darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) lebih berbahaya lagi, karena bisa menyebabkan hilangnya kesadaran secara mendadak bahkan kematian. Jadi hal terpenting bagi seorang diabetisi dalam mengendalikan penyakitnya adalah monitoring kadar gula darah. Semakin ia mengetahui kapan dan mengapa kadar gula darahnya tinggi, akan semakin baik.
e.       Terapi insulin
Patuhi petunjuk mengkonsumsi obat yang diberikan dokter. Baik itu obat tablet maupun suntik insulin. Namun jangan khawatir hal ini mungkin tidak berlangsung selamanya, karena biasanya jika kadar gula darah mulai terkendali, dokter akan menganjurkan pasien hanya mengatur makan dan olahraga saja. Tidak perlu obat.
8.     Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus adalah:
a.  Akut
Hipoglikemia dan hiperglikemia
b.  Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
·        Makrovaskuler
ü Stroke
ü Penyakit jantung koroner
ü PAD (Perifer Arterial Desiase/resiko gangren)
ü Neuropati
ü Hipoksia pada kaki
·        Mikrovaskuler
ü Gagal ginjal (nepropati)
ü Retinopati
ü Impotensi
   Konsep Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
·         Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan,  kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan   fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
ü  Anamnese
a.       Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b.      Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
c.       Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d.      Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit  lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.  Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e.       Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f.       Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita



ü  Pemeriksaan fisik
a.       Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
b.      Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c.       Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah  sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d.      Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
e.       Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau   berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f.       Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g.      Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h.      Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i.        Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

ü  Pemeriksaan laboratorium
a.       Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b.      Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata  ( ++++ ).
c.       Pemeriksaan Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.



2.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan diabetes millitus adalah sebagai berikut :
a.       Gangguan pemenuhan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
b.      Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
c.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
d.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
e.       Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

3.      Rencana Keperawatan
a.       Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
3. Kadar gula darah dalam batas normal.
4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.

Rencana Tindakan :
1.      Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2.      Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3.      Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).
4.      Identifikasi perubahan pola makan
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
5.      Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.

b.      Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil :
1.      Pergerakan paien bertambah luas
2.      Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (duduk, berdiri, berjalan ).
3.      Rasa nyeri berkurang.
4.      Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan.
Rencana tindakan :
1.      Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
Rasional : Untuk mengetahui derajat  kekuatan otot-otot  kaki pasien.
2.      Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan keperawatan.
3.      Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui kemampuan.
Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.
4.      Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
5.      Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga fisioterapi.
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.

c.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1.      Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
2.      Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
3.      Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
4.      Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
5.      Pantau masukan dan pengeluaran
6.      Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
7.      Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
8.      Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
9.      Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)


d.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer)
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil : Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
1.      Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
2.      Kaji tanda vital
3.      Kaji adanya nyeri (PQRST)
4.      Lakukan perawatan luka
5.      Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
6.      Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

e.       Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1.      Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2.      Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
Rencana Tindakan :
1.      Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan gangren.
Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
2.      Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
3.      Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
4.      Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
5.      Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada / memungkinkan).
Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.

4.    Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi  yang tepat dengan  selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.

5.    Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
a.       Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.
b.      Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
c.       Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

6.     Prinsip Dokumentasi Keperawatan
Prinsip-Prinsip Dokumentasi Asuhan Keperawatan adalah sebagai berikut Carventio (1995: 10):
a.  Dokumentasi asuhan keperawatan harus dilaksanakan segera setelah pengkajian pertama dilakukan, demikian juga pada setiap langkah kegiatan perawatan.
b.  Data pasien harus objektif dan bukan hasil penafsiran perawat, dalam hal ini perawat mencatat apa yang dilihat dan respon pasien pada saat merawat pasien mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
c.  Tuliskan/dokumentasikan hanya kegiatan keperawatan yang benar-benar dilakukan.
d. Jika terdapat hal-hal yang meragukan tuliskan bahwa hal tersebut perlu untuk dikonfirmasikan
e.  Penulisan istilah yang tidak jelas/tidak baku dari setiap catatan yang dibuat harus dihindari, istilah yang digunakan harus dapat disepakati atas kebijakan institusi setempat.
f.   Data harus ditulis dengan jelas menggunakan tinta dan jangan menggunakan pensil agar tidak mudah dihapus. Tidak dibenarkan untuk mengubah isi dokumen untuk menutupi kesalahan
g.  Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan dapat dicoret dan segera diganti dengan yang benar, kemudian ditandatangani.
h.  Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu , tanda tangan dan nama jelas yang melaksanakan dokumentasi
i.    Dokumentasi harus dibuat dengan jelas dan lengkap.
j.    Jangan meninggalkan lembar kosong pada lembar pendokumentasian karena akan menimbulkan kesalahan penafsiran pada perawat/tim kesehatan yang lain.

Daftar Pustaka

Doenges, Marilyn E. Alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta : EGC. 1999.

Carpenito, Lynda Juall. Alih bahasa YasminAsih. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6. Jakarta : EGC. 1997.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. Alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 . Jakarta : EGC. 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar