Rabu, 04 Juli 2012

Askep berat badan lahir rendah (bblr)



A.    KONSEP DASAR BBLR
1.      Pengertian
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) ialah bayi baru lahir yang berat badan kelahirannya kurang dari 2500 gr dengan usia kehamilan < 37 minggu. Berat  badan lahir ini ditimbang paling lambat 1 jam setelah lahir. Gruenwald mengatakan bahwa 30-40% dari bayi perempuan sebenarnya telah mempunyai masa gestasi 37-38 minggu. Selain itu di negara yang masih berkembang batas 2500 gr sebagai bayi prematur mungkin terlalu tinggi, karena berat badan lahir rata-rata yang lebih rendah. Untuk mendapat keseragaman, pada kongres European Perinatal Medicine ke II di London (1970) telah ditetapkan definisi sabagai berikut:
a.       Bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan < 37 minggu
b.      Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan antara 37 s.d 42 minggu.
c.       Bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih.

2.      Klasifikasi
Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan di atas, maka bayi BBLR dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan, yaitu:
a.       Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badanya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu, atau biasa disebut neonatus kurang bulan-sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
b.      Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

3.      Etiologi
a.       Prematuritas murni
1)      Faktor ibu
a)      Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya:perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut. Hipertensi, kelainan uterus inkompetensi cerviks, infeksi saluran kemih, ketuban pecah dini
b)      Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia <20 tahun, dan multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c)      Keadaan sosial-ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya BBLR.Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi kurang baik (malnutrisi) dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
d)     Sebab lain.
Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik
2)      Faktor janin
Hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom, infeksi, cacat bawaan, arteri umbilikus tunggal, dan polihidramnion.

3)      Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi, terpapar radiasi dan zat-zat racun/kimia.
b.      Dismaturitas
Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin.

4.      Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya, bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tetapi BB lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi, dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya, ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat mengakibatkan morbiditas dan mortilitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi.Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.

5.      Tanda dan Gejala
1)      Prematuritas murni
1)      BB < 2500 gram, TB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
2)      Masa gestasi < 37 minggu
3)      Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin
4)      Lanugo (bulu-bulu halus) banyak, terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
5)      Lemak dalam jaringan subcutan sedikit
6)      Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
7)      Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
8)      Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
9)      Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
10)  Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
11)  Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea, otot masih hipotonik
12)  Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna
13)  Kalau bayi lapar, biasanya menangis, gelisah, aktivitas bertambah.

2)      Dismaturitas
1)      Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
2)      Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
3)      Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
4)      Tali pusat berwarna kuning kehijauan
5)      Hipotermi
6)      Retardasi pertumbuhan dan wasting. Bayi dengan wasting atau insufisiensi plasenta terdiri dari 3 stadium dengan tanda dan gejalanya masing-masing:
a)      Stadium I :Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering tetapi belum terdapat noda mekonium.
b)      Stadium II :Didapatkan tanda stadium I ditanbah warna kehijauan pada kulit, plasenta dan umbilikus karena mekonium yang tercampur dan mengendap dalam amnion.
c)      Stadium III : Ditemukan tanda stadium II ditambah dengan kulit, kuku dan tali pusat yang berwarna kuning.

6.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ). Gas darah arteri (GDA) : PO2 menurun, PCO2 meningkat, asidosis, sepsis, kesulitan nafas yang lama.
b.      Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek).
c.       Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.
d.      Pemeriksaan fungsi paru
e.       Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
f.       Pemeriksaan glucosa darah terhadap hipoglikemia
g.      Titer Torch sesuai indikasi
h.      Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
i.        Pemantauan elektrolit
j.        Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
k.      Studi cairan amniotic, dilakukan selama kehamilan untuk mengkaji maturitas janin.
l.        Darah lengkap : penurunan hemoglobin/hemotrokrit (Hb/Ht) mungkin kurang dari 10.000 /m3 dengan pertukaran ke kiri (kelebihan dini netrofil dan pita) yang biasanya dihubungkan dengan penyakit bakteri berat.
m.    Golongan darah : menyatakan potensial inkompatibilitas ABO.
n.      Kalsium serum : mungkin rendah.
o.      Elektrolit (Na, k, cl).
p.      Penentuan RH dan contoh langsung (bila ibu Rh negatif positif) : menentukan inkompatabilitas.
q.      Laju sedimentasi elektrolit : meningkat menunjukan respon inflamasi akut.
r.        Protein C reaktif (beta globulin) ada dalam serum sesuai dengan proporsi beratnya proses radana enfeksius.
s.       Trombosit : trombositopenia dapat menyertai sepsis.
t.        Test shoke aspirat lambung : menentukan ada/tidaknya surfaktan.

7.      Penatalaksanaan
a.       Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
b.      Pengawasan suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50C s/d 370C. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal.Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 250C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
c.       Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,40C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
d.      Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
e.       Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai sistem imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
f.       Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.

8.      Komplikasi
a.       Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin
b.      Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
c.       Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
d.      Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah
e.       Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
f.       Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

9.      Prognosis
Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1500 - 2500 gram adalah 95 %, tetapi berat bayi kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian yang tinggi. Kematian diduga karena displasia bronkhopulmonal, enterokolitis nekrotikans, atau infeksi sekunder. BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama akan mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan berat sesuai masa gestasi.
Pada BBLR , makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin besar kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik.




B.     KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Identitas bayi dan orang tua
b.      Anamnesa
1)      Riwayat kesehatan ibu pada masa prenatal, kelainan/penyakit selama kehamilan dan persalinan ataupun riwayat penggunaan obat-obatan.
2)      Riwayat persalinan saat ini: lamanya masa gestasi, jenis persalinannya, selaput ketuban apakah KPD atau tidak.
c.       Keadaan Bayi dalam pemenuhan kebutuhan saat ini: nutrisi, eliminasi feses dan urin, dan pernafasaan.
d.      Pemeriksaan Fisik
1)      Keadaan bayi saat dilahirkan : warna kulit, rambut, tebal lemak subkutan, gerakan, hasil APGAR score, kemampuan bernafas, temperatur dll.
2)      Keadaan bayi saat pengkajian : fisik, kesadaran, tingkatan sakit, kemampuan bernafas, temperatur dll.
3)      Pengkajian proses, pertolongan dan penanganan selanjutnya.
4)      Pemeriksaan arthropometri / pengukuran pertumbuhan (TB, BB, LK, LD)
5)      Pengukuran fisiologis (suhu, nadi, pernafasan)
6)      Penampilan umum (observasi wajah, postur, hygine, nutrisi, perilaku, perkembangan dan status perkembangan)
7)      Kulit (warna kulit, tekstur, turgor kulit)
8)      Struktur aksesori
9)      Nodus limfe
10)  Kepala (bentuk, fontanel, higine kulit kepala)
11)  Leher (trakea, tiroid, arteri karotis)
12)  Mata (strabismus, gerakan mata, konjungtiva, sklera, pupil)
13)  Telinga, hidung, mulut dan tenggorokan (simetris dan kelainan)
14)  Dada (paru-paru, jantung)
15)  Abdomen (bentuk, tali pusat, peristaltic usus)
16)  Genitalia (labia minora menonjol, testis belum turun)
17)  Anus (paten atau tidak)
18)  Punggung dan ekstremitas (polidaktil, sindaktil, spinabifida)
19)  Pemeriksaan reflek (berkedip, babinski, merangkak, melangkah, ektrusi, gallants, morro, neck righting, menggenggam, rooting, kaget, menghisap, tonic neck)
e.       Data Penunjang
Terdiri dari diagnosa medik, pemeriksaan diagnostic dan terapi medik.

2.      Diagnosa Keperawatan
a)      Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas fungsi paru dan neuromuscular, penurunan energi dan keletihan.
b)      Termoregulasi tidak efektif b.d imaturitas kontrol dan pengatur suhu tubuh dan berkurangnya lemak subcutan dalam tubuh
c)      Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)
d)     Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh untuk mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna)
e)      Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi
f)       Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat
g)      Kecemasan orang tua b.d situasi krisis, kurang pengetahuan

3.      Rencana Keperawatan
Dx I : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan neuromuskular, penurunan energi dan keletihan.
Tujuan : Pasien menunjukan oksigenasi yang adekuat
KH :    - Oksigenasi jaringan adekuat
- Jalan nafas paten
- Pernafasan memberikan oksigenasi dan pembuangan CO2 yang adekuat
Intervensi :
a.       Tempatkan pada posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap keatas, untuk mencegah penyempitan jalan nafas
b.      Observasi tanda-tanda distress (mengorok, sianosis, cuping hidung, apnea)
c.       Lakukan penghisapan untuk menghilangkan mukus yang terakumulasi dari nasofaring trakea
d.      Lakukan perkusi, vibrasi, dan drainase postural sesuai ketentuan untuk memudahkan drainase sekret
e.       Berikan posisi miring untukmencegah aspirasi pada bayi dengan mukus berlebihan
f.       Observasi adanya tanda-tanda distress pernafasan (cuping hidung, retraksi, tacipnea, apnea, mengorok, sianosis, suturitas O2 rendah)

Dx II   : Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan
Tujuan : Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh yang stabil
KH      : Suhu tubuh dalam batas normal
Intervensi :
a.       Tempatkan bayi dalam inkubator atau pakaian hangat dalam keranjang terbuka untuk mempertahankan suhu tubuh stabil
b.      Pantau suhu aksila bayi yang tidak stabil
c.       Periksa suhu udara sesuai kebutuhan untuk mempertahankan suhu kulit
d.      Pantau tanda-tanda dari hipertermi : kemerahan, ruam
e.       Hindari situasi yang dapat menyebabkan bayi kehilangan panas : kemerahan ruam
f.       Hindari situasi yang dapat menyebabkan bayi kehilangan panas : terpapar udara dingin, jendela

Dx III  : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nasokomial
KH      : Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nasokomial
Intevensi :
a.       Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b.      Bersihkan semua alat yang digunakan untuk bayi dengan bersih / steril
c.       Isolasi bayi yang mengalami infeksi sesuai institusional
d.      Kolaborasi : berikan antibiotik sesuai intruksi

Dx IV  : Resiko Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit
Tujuan : Pasien menunjukan nutrisi yang adekuat, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan menunujukan penambahan berat badan yang tepat
KH      : Bayi menunjukan penambahan berat badan yang tepat
Intervensi :
a.       Pertahankan cairan parental/nutrisi sesuai instruksi
b.      Kaji kesiapan bayi untuk mengkoordinasikan menelan dan pernafasan
c.       Bantu ibu mengeluarkan ASI untuk menciptakan dan mempertahankan laktasi sampai ibunya dapat menyusui

Dx V   : Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan berhubungan dengan karakteristik fisiologik imatur dari bayi preterm dan atau imaturitas
Tujuan : Pasien dapat menunjukan status hidrasi adekuat
KH      : Bayi dapat menunjukan hemostasis
Intervensi :
a.       Kaji cairan dan elektrolit dengan terapi
b.      Berikan cairan parental/oral secara adekuat
c.       Kaji status hidrasi (turgor kulit, edema, tekanan darah, mukosa)
d.      Berikan cairan parental sesuai program untuk menghindari dehidrasi
e.       Pantau keluaran urine, berapa kali sehari
4.      Evaluasi
a.       Jalan nafas tetap paten, frekuensi dan pola nafas dalam batas normal
b.      Suhu dalam batas normal
c.       Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
d.      Berat badan bayi bertambah kira-kira 20 – 30gr / hari
e.       Tingkat hidrasi adekuat (turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab)
f.       Tidak terdapat tanda-tanda peningkatan TIK (letargi, tonus otot menurun, pucat sianosis, reflek moro menurun, apnea, tangisan bernada tinggi, muntah yang kuat, kejang)
g.      Orang tua memahami tentang kondisi anaknya saat ini

 DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi 2, EGC, Jakarta, 1993
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 3.Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta. 1985

Tim Pelayanan dan Pendidikan Keperawatan Panti Rapih.Standar Asuhan Keperawatan Anak dan Bayi Baru Lahir.Cetakan I. Bidang Pelayanan dan Pendidikan Keperawatan Panti Rapih. Yogyakarta. 2004

Latief, Abdul. Dkk, 1991, Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Bagian Ilmu Kesehatan Anak: Jakarta
Hidayat, Aziz Alimul.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I.  Edisi 1. Salemba Medika. Jakarta. 2005
Wong L. Donna. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Edisi 4.EGC. Jakarta. 2004
Nanda, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006, Prima Medika, Jakarta, 2005



Tidak ada komentar:

Posting Komentar