1.
Pengertian
Ø Osteomielitis adalah
infeksi pada tulang dan medula tulang baik karena infeksi piogenik atau non
piogenik.(Chairrudin rasjad, 2003)
Ø Osteomielitis adalah
infeksi bonne morrow pada tulang tulang panjang yang disebabkan oleh
staphylococus aureus dan terkadang haemophylus influensa. (depkes RI, 1995)
Ø Osteomielitis adalah infeksi tulang(carpenito,
1990) lebih sulit di sembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak, karena
terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi , tingginya
tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru
disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis
yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi
jaringan lunak (misalnya : ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler)
atau kontaminasi langsung tulang ( misalnya : fraktur terbuka, cedera traumatic
seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Osteomielitis dapat diklasifikasikan dua macam yaitu:
ü Osteomielitis Primer
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme
berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
ü Osteomielitis Sekunder (Osteomielitis
Perkontinuitatum)
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat
dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
2.
Etiologi
Ø Staphylococcus aureus 70% – 80 %
Ø Proteus
Ø Pseudomonas
Ø Escerehia Coli
Dilakukan kultur
Awitan Osteomielitis :
ü Setelah pembedahan ortopedi terjadi 3 bulan pertama
(Akut Fulminan-Stadium 1)
ü Antara 4-24 bulan setelah pembedahan (Awitan
Lambat-Stadium 2)
ü Penyebaran hematogen lebih dari 2 tahun setelah
pembedahan (Awitan Lama-Stadium 3)
3.
Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai
80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan
anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat
terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering
berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan
lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan.
Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran
hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari
inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari,
trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan
iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan
medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah
periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.
Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses
tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan
namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.
Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum)
tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan
menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang
baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak
terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap
rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan
osteomielitis tipe kronis.
4.
Tanda dan Gejala
Ø Panas tinggi dan tampak sakit keras
Ø Nyeri tulang dekat sendi
Ø Tidak dapat menggerakan anggota badan yang terkena
Ø Pembengkakan lokal dan nyeri tekan
5.Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl
disertai peningkatan laju endapan darah.
2) Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
3) Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila
terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.
4) Pemeriksaan Biopsi tulang.
5) Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada
sendi.
6) Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak
ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi
tulang yang bersifat difus.
6.
Penatalaksanaan
- Pemberian antibiotik
- Pemberian analgetik (bila perlu)
- Drainage
- Perbaikan keadaan umum, contoh : pemberian nutrisi
- Ekstraksi gigi penyebab
- Sequestrectomi
- Fiksasi rahang (untuk mencegah fraktur patologis)
- Perawatan fraktur (bila sudah terjadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar